KAWASAN GUA NEK TAKON - Hunian Purba Pada Masa Prasejarah







Kawasan Gua Nek Takon terdapat di Dusun Senebing Desa Harapan Mulia Kecamatan Sukadana. Tepatnya di barisan kaki bukit yang dahulunya disebut dengan barisan Bukit Laut. Sekarang disebut Gunung Senebing oleh masyarakat Lokal. Jarak gua dengan jalan raya  lebih kurang 300 meter.

Berdasarkan penuturan lisan, Nek Takon dipercaya sebagai salah satu nenek moyang dari masyarakat Sukadana di masa lampau.  Nek Takon terdiri dari 7 beradik, yaitu dia (Nek Takon),Tok Bubut, Nek Sedah, Nek Tanggi, Nek Letong/Utong, Nek Doyan dan satu orang lagi tidak diketahui keberadaannya.

Nek Takon tersebut, tidak menetap secara bersamaan. Nek Takon tinggal di Senebing Desa Harapan Mulia, Sukadana. Dia menetap dalam gua, sekarang dikenal Gua Nek Takon. Tok Bubut Menetap di Tok Bubut Desa Sungai Mata Mata, Kecamatan  Simpang Hilir.

Nek Sedah dan Nek Tanggi menetap di Sedahan Jaya sekarang, Kecamatan Sukadana. Mereka berdua menetap di gua di gunung Sedahan. Gua ini sekarang dinamai warga setempat dengan nama Gua Batu Cap, karena penemu awalnya bernama Cap. Gua ini secara nasional bernama Gua Berlukis (Rock Painting), karena di dinding batu gua bertulis aksara kuno.

Nama Sedahan hari ini, diambil dari nama Nek Sedah. Dari Sedah, berubah menjadi Sedahan. Sebagai bentuk penghormatan pendiri Sedahan dulu, diambil dari nama leluhur mereka, Nek Sedah.

Saudara Nek Takon bernama Nek Letong, berdiam di Desa Pampang Harapan Kecamatan Sukadana sekarang. Di desa ini ada nama suatu tempat dan sungai, yaitu Nek Letong atau Nek Utong.

Saudara Nek Takon yang bernama Nek Doyan, menetap di hulu Siduk. Sekarang tempat ini menjadi nama dusun, yaitu Dusun Nek Doyan, Desa Laman Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang.

Walaupun tidak ada sumber primer yang dapat ditemukan mengenai rekam jejaknya, Gua Nek Takon memiliki nilai penting bagi masyarakat Sukadana dan Simpang.  Bahwa tempat tersebut merupakan bekas hunian, sekaligus cikal bakal dari nenek moyang mereka. Hal ini diperkuat dengan cerita legenda, mengenai Nek Takon yang murah hati. Dia suka menolong masyarakat, dengan meminjamkan barang pecah belah. Yaitu, semacam pinggan dan mangkok saat masyarakat ada gawai pada masa itu. 

Jika diperhatikan dengan seksama, Gua Nek Takon yang dimaksud hanya semacam ceruk dengan lebar lebih kurang 1 meter, kedalaman hanya 6  meter. Menariknya, justru di sekitar Gua Nek Takon, terdapat semacam struktur alam, di duga bekas peradaban  manusia purba, yang pernah bertempat tinggal disini. 

Sekitar 20 meter dari Gua Nek Takon, ke arah atas, terdapat semacam struktur alam, berbentuk batu yang menyerupai hunian, aman dari hujan dan panas. Terdapat 2 lubang yang menyerupai gua. Struktur yang membentuk gua ini dengan ukuran batu sangat besar. Diantara batu besar tersebut, ada batu dengan lebar sekiar 12 meter dan tinggi 6,50 meter. 

Di atas batu besar tersebut, bertengger batu lempeng besar, sehingga membentuk ruang yang unik. Ruang ini terdiri dari 2 bagian. Ruang pertama atau ruang muka, lebar bagian depan 5 meter dan lebar belakang 3 meter, dengan tinggi bagian depan 4,10 meter. Ruang bagian kedua, dengan arah agak menanjak, lebar ruang 3 meter dan panjang 5 meter, mirip terowongan, tembus-menembus. 

Pada bagian bawah, terdapat 1 ruang dengan ukuran agak kecil. Lebarnya sekitar 1 meter dan panjang 4 meter. Di depan ruang ini dijumpai semacam pelataran batu, dengan ukuran panjang 4,70 meter dan lebar 7,60 meter. Pelataran itu menghadap ke arah timur, dengan pemandangan alam yang indah. Dimungkinkan, ini tempat mereka berkumpul.

Pada struktur alam tersebut, jika diperhatikan secara cermat, ada semacam pahatan-pahatan berbentuk bulat pada dinding batu. Pahatan tersebut sepertinya sengaja dibuat.  Kemudian, pada bagian tertentu, ada semacam upaya  untuk meratakan batu tersebut, untuk dibentuk sedemikian rupa. Ada yang menyerupai tempat tidur, atau tempat berteduh dari hujan maupun panas.

Jika dilihat dari tata letaknya, yang berada di bukit dan gua batu, kehidupan semacam ini identik dengan gaya hidup manusia purba di masa lampau. Apa lagi gua ini dekat dengan mata air. 

Menariknya, situs tersebut tidak jauh dari Gua Batu Cap di Sedahan Jaya, berada di kecamatan yang sama, Sukadana. Di situs Gua Batu Cap bahkan terdapat semacam inskripsi menyerupai huruf paku berwarna merah, hingga saat ini belum dapat dibaca. Dari temuan yang ada, Gua Nek Takon dan Gua Batu Cap, tampaknya satu zaman.

Tertanda

TIM AHLI CAGAR BUDAYA

Kabupaten Kayong Utara.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

  • ()
  • ()
Tampilkan selengkapnya
Diberdayakan oleh Blogger.

Kontributor

Blogger templates