Karena kesimpang-siuran informasi mengenai siapa yang dimakamkan ,
maka hingga saat ini plang nama makam tanpa memiliki nama yang jelas. Plang nama hanya informasi
“Makam Keramat Pulau Datok” saja.
Menurut tradisi lisan yang berkembang, bahwa makam tersebut adalah makamnya
para lanun. Ada juga yang menyebut, itu makam Tok Bubut, tokoh legenda semasa dengan Nek Takon.
Berdasarkan sumber yang informasinya masih mendekati sumber primer, yaitu Imam Udin (76), warga Tanah merah Sukadana. Beliau pernah mendengar petuturan dari datoknya
dahulu, bahwa makam di Pulau Datok tersebut adalah makam orang-orang syarief. Orang syarief yang di
maksud beliau adalah ulama.
Dalam sumber Eropa, yang dicatat oleh G. Muler tahun 1822, dia menyebut makam tersebut makam Muhammad, Ali dan Husein. Sebab Muller pernah datang ke Sukadana. Muller menyebut makam di Pulau Datok tersebut, makam para pemuka dan
penyebar Islam.
Jika dihubungkan dengan keterangan sumber primer di atas, terdapat tiga tokoh yang di makamkan di Pualau Datok. Sedangkan kondisi nisan saat ini hanya
tinggal 2 makam saja. Menurut keterangan warga sekitar, nisan di makam tersebut pernah di curi. Wajar, jika kondisi makam sudah tidak utuh
lagi.
Yang menarik, di sekitar areal makam di jumpai banyak fragmen keramik
kuno lintas peradaban. Ditemukan juga gerabah, genting dan fragmen bata
merah. Jika dilihat secara seksama dari beberapa fragmen bata merah dan
genteng, tampak ada perubahan signifikan dari makam tersebut. Terutama cungkup yang ada saat ini sudah
berganti, menggantikan cungkup lama. Demikian juga dengan jirat makam, sudah berubah.
Namun dari jejak arkhelogis yang ada makam tersebut masih ada, dan sangat tua. Hal ini bisa dilihat dari temuan fragmen keramik, genteng, bata merah yang khas era majapahitan. Misalnya, ditemukan bata merah dengan ukuran lebar 13 cm, tebal 5 cm dan panjang tidak
utuh lagi. Bata ini ada kemiripan dengan komplek makam Tok Mangku. Dengan demikian makam tersebut sudah ada sejak masa kerajaan Tanjungpura era Sukadana. Penulis : ISYA FACHRUDI Visual : MIFTAHUL HUDA Sketsa : HASANAN |
0 komentar:
Posting Komentar