Silsilah Kerajaan Sukadana Baru ( New Brussel) J. P. J. Barth (1896)_page-0253 |
Terjemahan Silsilah Kerajaan Sukadana Baru (New Brussel) J. P. J. Barth (1896)_page-0253 |
Komplek makam Tengku Akil terletak di Kampung Dalam, Desa Sutera Kecamatan Sukadana. Tengku memerintah Sukadana, bergelar Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuansyah, bertahtah sejak tahun 1829 M. Bertahtanya beliau, sekaligus menandai berdirinya kerajaan baru, yang berasal dari Siak ke Sukadana. Itu berarti beliau
menggantikan trah lama, yang telah bergeser ke Matan dan Simpang yang bergelar Gusti.
Pada masa pemerintahannya, Sukadana diberi nama oleh Belanda dengan Nieuw Brussel. Namun masyarakat pribumi saat itu dan kini, lazim menyebutnya dengan nama Beresol. Nama Beresol atau New Brussel merupakan pemberian dari pemerintah Hindia Belanda. Nama ini terinspirasi dari sebuah tempat yang indah di Belgia bernama Brussels. Atas dasar itu, pemerintah Hindia Belanda menyematkan nama Brussel untuk Sukadana. New Brussel artinya adalah Brussel baru (Sukadana).
Pendirian Kerajaan Sukadana baru New Brussel, oleh Tengku Akil, merupakan satu-satunya kerajaan bercorak Melayu Riau yang ada di Kalimantan Barat. Bahkan di nusantara pada saat ini.
Selain Makam Tengku Akil dan isterinya, di komplek ini juga terdapat pemakaman Raja setelah tengku Akil dan kerabat raja dengan trah Tengku. Walau di nisannya tidak terlihat inskripsinya, namun ada keterangan pada papan informasi di makm mengenai silsilah Raja Tengku Akil. Ada juga ulama dengan trah Habaib sejak abad ke-19 di makamkan disini. Trah Habaib Kampung Dalam masih ada hingga sekarang.
Di dalam cungkup makam berukuran lebar 11,10 meter panjang 13,20 dan tinggi 2,70 meter, terdapat nisan besar makam Tengku Akil. Ukuran jirat makam Tengku Akil panjang 1,88 meter dan lebar 1,50 meter dengan tinggi nisan 1,40 meter.
Jirat makam istrinya panjang 1,90 meter, lebar 1,30 meter dan tinggi nisan 1,00 meter. Makam Tengku Akil dan istri berbahan belian, didominasi cat warna kuning. Sampai saat ini, komplek pemakaman ini masih aktif sebagai pemakaman kerabat kerajaan dan Habaib.
Di cungkup juga terdapat makam-makam kerabat Tengku Akil dan para ulama, dengan nisan batu andesit, kayu dan semen. Sedangkan diluar cungkup terdapat juga nisan batu andesit bertipe singapuraan, abad ke-19. Jika dihitung nisan abad 19 ini, terdapat 44 pasang, dan 2 makam diantaranya memiliki inskripsi Arab Melayu.
Inskripsi Arab Melayu yang dapat terbaca, menerangkan seorang perempuan yaitu: “inilah menyatakan alhaj Khadijah binti Tuan Imam pulang ke rahmat kepada bulan Syawal tiga belas hari Jum’at Hijri 1301”. Sedangkan inskripsi pada batu nisan laki-laki disebelahnya sangat sulit di baca. Yang dapat terbaca hanya tahun 1321 Hijriah saja.
Diduga makam disebelah Khadijah tersebut itu ulama, merupakan suami Khadijah, yaitu Syech Haji Nachrawi. Syach Haji Nachrawi menikah dengan istri pertamanya Khadijah, melahirkan 7 orang anak. Dengan istri kedua Utin Dewi, melahirkan 2 orang anak. Anak bungsu dari pernikahannya dengan Khadijah bernama Fatmah, menikah dengan Tengku Abdul Hamid – Raja Sukadana ke- 5. Makam Tengku Abdul Hamid terletak di Jalan Tanjungpura Desa Pangkalan Buton.
Di komplek makam Tengku Akil, ditemukan banyak fragmen keramik, genteng dan gerabah lintas peradaban yang berserakan. Hal ini dapat di lihat dari beberapa fragmen jenis keramik, dengan corak dan gaya yang berbeda. Seperti corak Dinasti Ming, Sung dan Eropa. Temuan genteng, dengan corak majapahitan. Serta fragmen bata merah, yang tinggal serpihan-serpihan kecil saja.
Jika di lihat dari tata letaknya, komplek makam Tengku Akil ini tidak jauh dari Sungai Macan, yaitu anak Sungai Sukadana. Sungai ini masuk cabang kiri Sungai Sukadana. Sekitar 40 meter ke daratan yang agak tinggi (pematang), yang saat ini menjadi komplek makam Tengku Akil. Dugaan, pematang tersebut sebelum dijadikan pemakaman, merupakan pemukiman peradaban sebelumnya. Dugaan ini dikuatkan dengan ditemukannya banyak fragmen di sekitar makam.
Tertanda
TIM AHLI CAGAR BUDAYA
Kabupaten Kayong Utara.
0 komentar:
Posting Komentar