Panembahan Ayer Mala bergelar Sultan Umar Akamuddin (De Wall) atas pemberian gelar dari Sunan Prapen penerus dari Giri kedaton atau Kedatuan Giri di Gresik.
Penambahan Ayer mala adalah putera dari Sultan Abu bakar Jalaluddin bin bin Sultan Hasan Kawiuddin bin
Sultan Ali Aliuddin bin Baparung, bin Prabu Jaya pendiri kerajaan Tanjung Pura era Sukadana yang berasal dari Majapahit. Panembahan Ayer Mala memerintah dengan meningkatkan hasil bumi seperti hutan dan pertambangan. Ia juga melakukan pengamanan terhadap jalur dagang serta melakukan banyak perdagangan ke luar kerajaan termasuk Hubungan dengan kerajaan Demak Bintoro yang pada masa itu dipimpin oleh Sultan Ternggono dan sedang dalam masa kegemilangannya.
Pada sebuah peta Diego Homen dari tahun 1554, Tanjungpura Sukadana ditulis sebagai Tamjampura. Dalam atlasnya ditulis Taiampura. Sementara dalam atlas-atlas Femio Vaz Dourado di tulis sebagai sebagai Taiaopura. Dari semua peta tersebut selalu berhubungan dengan jalur perdagangan penting di masa itu.
Untuk meningkatkan perdagangan, Panembahan Ayer mala banyak membuat kapal atau Jung dalam jumlah yang banyak dan besar. Tambang timah dan besi di masa panembahan Ayer Mala juga sudah mulai di buka, hal tersebut karena permintaan yang tinggi dari kerajaan kerajaan lain guna bahan baku pembuatan senjata seperti keris, pedang , tombak dan lain sebagainya.
Pada masa Penembahan Ayer mala ini, agama Islam berkembang semakin pesat yang dibawa oleh orang Arab dari Palembang pada permulaan tahun 1550. Walaupun tidak diketahui nama para penyebar Islam di tahun tersebut namun di duga para pendatang yang membawa Islam tersebut adalah para pedagang yang juga berasal dari arab dan masih berhubungan dengan wali sembilan.
Sultan Umar Akamuddin atau Panembahan Ayer Mala wafat dan di makamkan di sebelah utara sukadana, dengan nisan yang berukir indah atas hadiah dari raja kerajaan Demak, nisan tersebut di letakkan di atas pusaranya. Makam panembahan Ayer Mala yang saat ini dapat kita jumpai ada desa gunung sembilan sukadana, sayangnya nisan yang indah itu saat ini sudah patah, namun demikian kita masih dapat melihat motif dari ukiran Krawing yang indah bertaraf raja dengan type demak troloyo tersebut.
Motif ukiran semacam ini adalah sangat umum kita jumpai pada pemakaman raja raja Demak bintoro saat ini di pulau jawa . hal ini menandakan hubungan antara Demak dan Sukadana di masa itu sudah terjalin dengan baik.
Di sekitar makam panembahan ayer mala ini juga di temukan pecahan bata bata merah, serta yang tidak kalah menarik adalah terdapat batu alam yang di susun mengitari makam. Sekitar 10 kali 25 meter batu alam mengelilingi makam ini, di mungkinkan batu alam ini di susun agar menahan makam tidak longsor.
Namun hingga saat ini penelitian lebih mendalam mengnenai makam panembahan ayer mala belum di lakukan oleh pihak yang terkait, banyak hal yang bisa di gali dari mulai unsur batu bata merah serta type nisan yang ada akan dapat memberikan petunjuk dan sangat membantu bagi perkmbangan sejarah di masa yang akan datang. MIFTAHUL HUDA
0 komentar:
Posting Komentar