Makam Panembahan Ayer Mala secara administrasi berada di dusun Nirmala Desa Gunung Sembilan Kecamatan Sukadana. Berjarak 275 meter dari Jalan Raya Desa Gunung Sembilan arah timur laut, berada 37 meter dari permukaan laut di kaki bukit Gunung Sembilan. Secara astronomis, makam ini terletak pada S 1°13’37,78” dan T 109°56’41,43”. Lokasi situs ini berada diperkebunan warga yang sudah dibebaskan untuk situs ini.
Yang sangat memprihatinkan, selama puluhan tahun nisan tersebut terpasang terbalik. Ditambah lagi, ada kebiasaan tidak baik dari para penziarah, mengikatkan kain kuning di nisan. Hal tersebut semakin mempercepat kerusakan nisan, karena kain ikatan menjadi tempat sarang semut. Harus ada langkah-langkah penyelamatan situs ini, agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah atau hilang.
Makam Panembahan Ayer Mala berada pada cungkup makam berukuran 6 x 6 Meter yang dibuat baru untuk perlindungan terhadap makam, dengan tiang penyangga kayu belian dan lantai beton berkeramik. Sayang, ketika awal pemugaran makam, tidak tercatat kondisi eksisting sebelum pemugaran. Nisan makam ini terbuat dari batu putih berukir halus bermotif sulur-suluran dan bunga, dengan langgam krawing Demak Troloyo. Motif dan langgam ukiran nisan ini mempunyai kemiripan dengan nisan makam Raden Fatah di Demak Jawa Tengah. Makam ini bercorak islam menghadap ke barat, pada bagian kepala dan kaki nisan sudah patah dan hilang pada bagian puncaknya. Areal makam ini berada dilereng bukit yang diratakan berukuran 10 x 25 meter, dan terdapat susunan batu andesit yang difungsikan sebagai talud perkuatan struktur tanah berada disisi barat daya dan tenggara areal makam. Ditemukan juga pecahan batu bata merah dengan ukuran yang beragam disekitar makam yang kita duga sebagai jirat makam ini, dan pada bagian barat daya areal ditemukan struktur susuanan bata merah berada 20 cm dari permukaan tanah, yang belum terbuka secara utuh.
Panembahan Ayer Mala adalah seorang raja di Kerajaan Tanjungpura ketika beribukota di Sukadana, atau yang lebih dikenal dengan Kerajaan Sukadana Tua, yang memerintah dikurun abad 16. Beliau memerintah setelah didahului oleh Pamannya, Pangeran Anom sebagai pemerintahan sementara.
Pangeran Anom memerintah sementara sebab ayah Panembahan Ayer Mala Panembahan Bandala wafat ketika Ayer Mala belum dewasa. Pada masa pemerintahan Panembahan Ayer Mala, pertanian menjadi perhatian beliau, perdagangan Sukadana sudah maju pesat dengan komoditi penting berupa biji besi dan timah. Teknologi pembangunan kapal dan jung juga sudah semakin maju.
Dari sumber yang lain, kita mendapatkan gelar Panembahan Ayer Mala sebagai Sultan Umar Akamuddin. Kami menduga, gelar ini merupakan gelar anumerta, yang berarti diberikan oleh keturunnya ketika beliau sudah wafat. Hal ini didasarkan pada perubahan Kerajaan Sukadana Tua menjadi Kesultanan terjadi pada saat pemerintahan dipegang oleh Giri Mustika yang atas alasan perubahan bentuk kerajaan menjadi kesultanan ini pula, gelar Giri Mustika berubah dari Panembahan Giri Mustika menjadi bergelar Sultan Muhammad Syafiuddin.
Keberadaan makam Panembahan Ayer Mala ini menjadi penting dalam menggali sejarah Kerajaan Sukadana tua. Dapat menjadi petunjuk awal dimana kawasan pemukiman waktu itu serta dimana perkiraan letak Keraton Kerajaan waktu itu.
Tertanda
TIM AHLI CAGAR BUDAYA
Kabupaten Kayong Utara.
0 komentar:
Posting Komentar