Rumah tersebut, yaitu rumah pribadi Tengku Moehammad bin Tengku Abdul Hamid bin Tengku Putra bin Tengku Besar Anom bin Tengku Akil bin Tengku Musa. Tengku Moehammad pernah disembunyikan dari kejaran Jepang oleh kaki tangan Jepang di Sukadana, dia mengungsi dan bersembunyi ke Pulau Karimata.
Riwayat anaknya Tengku Syarifudin, rumah tersebut dibangun pada tahun 1927 dan di pugar berikutnya tahun 1949. Tukang bangunan bernama Naim. Bentuk bangunan limas Melayu. Jika dilihat dari atas berbentuk bangunan seperti plus (+). Saat ini ada tambahan bangunan sekitar 5,50 meter di bagian belakang. Di bagian belakang tersebut sebagai tempat tinggal sekarang, karena bangunan utama (depan) tidak layak dihuni lagi.
Bahan utama bangunan rumah Tengku Muhammad kayu belian dan kayu kelas 1. Tiang dan tongkat kayu belian. Tiang masih menggunakan tiang langsung dari tanah. Lantai dan dinding papan kelas 1. Kondisi dinding mulai keropos di makan usia. Atap sirap (belian), di bagian tertentu tampak bocor.
Peninggalan-peninggalan yang masih ada di rumah tersebut, yaitu:
1. Lemari 3 buah, di beli dari Jawa tahun 1927;
2. Satu buah puadai, ornamen terbuat dari kayu untuk dekorasi perkawinan; dan
3. Satu buah lanjang (lunas) atau bakal sampan terbuat dari kayu belian, panjang sekitar 6 meter.
Ditemukan sekitar tahun 1980 di dalam parit samping rumah Tengku Moehammad. Umur lanjang tersebut diperkirakan lebih dari 50 tahun.
Tertanda
TIM AHLI CAGAR BUDAYA
Kabupaten Kayong Utara.
0 komentar:
Posting Komentar